DOA & IKHTIAR
Doa
Doa hanya jadi sebuah angan bila tak di barengi dengan ikhtiar. Namun ikhtiar juga tak bermakna tanpa diiringi doa.Maka keduanya harus berjalan beriringan.Mungkin sering kita merasa bahwa doa yang kita panjatkan pada Allah belum juga dikabulkan setelah waktu yang lama. Ada baiknya kita memeriksa kembali apakah cara kita berdoa sudah benar. Lalu apa saja yang harus kita perhatikan saat berdoa?. Inilah tuntunan dalam berdoa:
1. Rezeki yang halal.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah menggambarkan keadaan seseorang yang sedang berkelana jauh dengan rambut dan pakaian yang berantakan dan penuh debu. Ia berdoa ke langit. Namun bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan sementara makananya dari yang haram, pakaianya dari yang haram.Maka kebersihan rezeki yang kita konsumsi, secara zat maupun hakikat atau asalnya, haruslah berasal dari yang halal. Itulah salah satu syarat diterimanya doa.
2. Menghadap Kiblat.
Ini dicontohkan Rasulullah yang antara lain dalam satu riwayat digambarkan memohon turunya hujan sambil menghadap kiblat. Namun, bila dalam kondisi terdesak, doa tentu bisa kita lakukan kearah manapun juga.
3. Memperhatikan saat saat yang tepat.
Banyak waktu yang afdhol untuk melakukan doa, seperti di sepertiga malam, pada bulan Ramadhan, saat di Padang Arafah dan sebagainya.
4. Mempehatikan kondisi yang mustajab.
Misalnya, pada saat bersujud, ketika dalam ketakutan, saat turun hujan.
5. Mengangkat kedua tangan.
Dijelaskan oleh Rasulullah, "Mintalah dengan telapak tanganmu, bukan dengan bagian belakangnya." Dari Abu Dawud dan Ibnu Abbas bahwa Rasulullah juga menjelaskan, "Jika engkau meminta sesuatu, hendaklah dengan mengangkat kedua tanganmu sejajar dengan bahumu atau kira kira sejajar denganya..."
6. Di mulai dengan memuji Allah, serta mengucapkan shalawat Nabi saw.
Berdasar hadits yang diriwayatkan oleh Abu Fadhalah bin Ubaid, "...Jika salah seorang di antara kalian berdoa, hendaklah dimulai dengan mengagungkan Rabb Yang Maha Agung dan Maha Mulia serta menyanjungnya, lalu mengucapkan shalawat atas Nabi saw. Setelah itu barulah dia berdoa meminta apa yang diinginkan."
7. Khusyu, merendahkan diri dan merendahkan suara.
Seperti yang tercantum dalam Qs Al A'raaf:55, "berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara lembut. Sungguh dia tidak menyukai orang orang yang melampaui batas."
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Musa Asy'ari bahwa ketika Nabi saw mendengar orang yang menbaca doa dengan suara keras, beliau bersabda, "Wahai manusia, berdoalah dengan suara perlahan, karena engkau bukan menyeru kepada yang tuli dan tidak mengetahui apa apa..."
8. Tidak berprasangka akan lambat dikabulkan.
Diriwayatkan oleh Malik dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, "Tentu doa seseorang itu akan dikabulkan Allah selama orang itu tidak gegabah mengatakan, "Aku telah berdoa, tetapi doaku tidak juga dikabulkan."
9. Dengan keyakinan akan dikabulkan.
Jangan berdoa dengan ungkapan tak yakin seperti, " Ya Allah ampuni dan berilah rahmat padaku bila Engkau menginginkanya." Berdoalah dengan kalimat yang penuh keyakinan.
10. Jangan berdoa yang mengandung keburukan terhadap diri sendiri dan keluarga.
Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Jangan berdoa buruk terhadap dirimu, terhadap anak anakmu, terhadap pelayan pelayanmu dan harta bendamu. Jangan sampai nanti doamu itu bertepatan dengan suatu saat ketika Allah bisa memenuhi permohonan, hingga doa doa burukmu benar benar terkabul."
11. Mengulang doa hingga tiga kali.
Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan, "Rasulullah sering berdoa dan membaca istighfar tiga kali."
12. Menyapu wajah.
Dengan kedua belah telapak tangan setelah selesai berdoa, setelah memuji dan mengagungkan Allah dan setelah mengucapkan shalawat Nabi.
Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq (Majalah Ummi no. 06/xDoa hanya jadi sebuah angan bila tak di barengi dengan ikhtiar. Namun ikhtiar juga tak bermakna tanpa diiringi doa.Maka keduanya harus berjalan beriringan. Mungkin sering kita merasa bahwa doa doa yang kita panjatkan pada Allah belum juga dikabulkan setelah waktu yang lama. Ada baiknya kita memeriksa kembali apakah cara cara kita berdoa sudah benar.
Ikthiar
Ketika kita membahas tentang nasib kita, maka ada 3 komponen yang berperan dalam penentuan nasib kita, yakni taqdir, ikhtiar, dan do'a.Taqdir adalah aturan dan perhitungan yang telah ditentukan oleh Allah. Taqdir sendiri pada prinsipnya tidak bisa diubah kecuali Allah yang mengubahnya. Taqdir sendiri terbagi jadi dua. Taqdir pertama, taqdir yang Insya Allah tidak bisa dilanggar sama sekali oleh manusia di dunia, di antaranya hukum alam. Taqdir kedua, adalah taqdir yang bisa dilanggar oleh manusia di dunia, di antaranya syari'at, namun tetap saja, ada perhitungannya di akhirat.Dengan taqdir-taqdir yang mengikat kita itulah, kita berusaha sebaik-baiknya untuk mencapai nasib yang terbaik. Menganalisa taqdir-taqdir yang berlaku pada kita dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melanggar taqdir kita sehingga mencapai nasib yang terbaik. Usaha-usaha itulah yang disebut ikhtiar.Bagaimana dengan peran do'a? Seberapapun cerdas kita, kita tidak mungkin bisa menganalisa taqdir yang berlaku pada kita, setiap detiknya dalam setiap ikhtiar kita. Dengan do'a, Allah memberikan kita nasib yang terbaik dari taqdir yang berlaku pada kita, baik taqdir yang berhasil kita analisa maupun yang terlepas dari analisa.Nasib adalah hasil akhir dari ikhtiar yang kita lakukan berdasarkan analisa taqdir yang kita lakukan dibarengin dengan pertolongan Allah melalui do'a yang kita panjatkan.Dalam pembahasan taqdir dan nasib ini, kedua istilah tersebut sering bercampur aduk. Taqdir adalah sesuatu yang kita tidak berhak mengubahnya, sedang nasib adalah sesuatu yang kita diberi hak untuk mengubahnya, tentunya dengan ikhtiar dan do'a.
Doa atau ikhtiar dulu atau ikhtiar tanpa doa?
Agar berhasil dalam urusan dunia apakah sebaiknya kita berdoa dulu atau melakukan ikhtiar/usaha dulu atau ikhtiar tanpa doa. Misalkan ingin lulus ujian apakah doa dulu atau belajar dulu. Demikian juga dengan keinginan mendapat kekayaan, agar anak sholeh, agar sehat, agar disenangi orang, agar menjadi orang pintar dan terkenal, agar mendapat jodoh, agar menjadi orang bertaqwa, agar dihindari dari perbuatan munkar, agar mendapat ilmu dll. Dalam ilmu psikologi, jika kita berdoa dulu sebelum berusaha maka tidak memotivasi alam bawah sadar untuk mewujudkannya atau akan melemahkan kita dalam berikhtiar/berusaha (keyakinan: kalau Takdir sudah ditetapkan buat apa berdoa). Apakah kita berdoa untuk urusan non duniawi (ghaib dan akherat) saja dan tidak untuk urusan duniawi. Orang Atheis pun tanpa berdoa diberikan oleh Tuhan apa yang diusahakannya di dunia.
Termasuk hal-hal yang dapat mendatangkan kesenangan dan menghilangkan kesedihan adalah berusaha menghilangkan faktor yang menyebabkan kesedihan tersebut serta berusaha mencari faktor yang dapat mendatangkan kesenangan yang diinginkan. Caranya yaitu melupakan musibah-musibah yang sudah berlalu dan tidak mungkin bisa diatasi. Juga harus memahami, menyibukkan pikiran dengan hal-hal tersebut adalah perbuatan sia-sia, tidak berguna, dan gila.Dengan demikian dia berusaha agar hatinya tidak lagi memikirkan hal-hal tersebut, berusaha menghilangkan kegelisahan hatinya kekurangan, perasaan takut atau lainnya dari kekhawatiran yang dia bayangkan pada masa depan. Maka dia memahami bahwa masa depan tidak bisa diketahui, termasuk di dalamnya masalah kebaikan, kejelekan, harapan-harapan dan musibah. Semuanya berada di Tangan Alloh Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Manusia tidak kuasa apa-apa kecuali berusaha mendapatkan kebaikan dan menolak kemudharatan.Dengan demikian seorang hamba mengetahui, bila dia tidak gelisah memikirkan nasibnya yang akan datang, bertawakkal kepada Allah untuk memperbaiki nasibnya serta merasa tentram dengannya, maka hatinya akan tenang, kondisinya akan membaik dan akan hilang kesedihan dan kegelisahannya.Termasuk hal yang paling berguna untuk me-nyambut masa depan yang baik adalah: “Menggunakan do’a yang pernah dipanjatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Ya Alloh, perbaikilah agamaku yang merupakan urusan pokokku, perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang ke sanalah tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan (jadikanlah) kematian itu keterlepasan bagiku dari setiap keburukan.(HR: Muslim) Begitu pula do’a beliau, yang artinya: “Ya Alloh, aku mengharapkan rahmatMu, maka janganlah Kau pasrahkan (urusan)ku pada diriku sendiri walau sekejap mata. Dan perbaikilah urusanku semuanya. Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Engkau.(HR: Abu Daud dengan sanad shahih) Bila seorang hamba memanjatkan do’a ini -untuk kebaikan agama dan dunianya pada masa yang akan datang- disertai hati yang hadir, niat yang benar dan memang berusaha untuk itu, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan do’a, harapan dan apa yang dia usahakan. Berubahlah kesedihannya menjadi kebahagiaan dan kesenangan.
0 komentar: